KAMPUNG KEMANUSIAAN DUNIA: PANTI ASUHAN UNIK BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

 MERTIBUDAYA| Gunungkidul - Selama ini kita mengenal panti Asuhan sebagai tempat tinggal anak anak yatim, piatu dan dhuafa. tempat dimana mereka berlindung, bertumbuh dan berkembang.

Biasanya setiap Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)  memberi nama lembaganya dengan label panti asuhan dan menonjolkan identitas anak anak yatim, piatu, dhuafa sebagai domain utama.

Namun beda dengan panti Asuhan yang Sedang dirintis Pejuang Kemanusiaan Dunia R.Budi Ariyanto Surantono ini. Ia lebih senang memberi nama Panti Asuhannya  dengan brand Kampung Kemanusiaan Dunia Banyu Mili Humanitarian Village.


Terletak di Dusun Ngalangalangsari, Planjan, Saptosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kampung Kemanusiaan Dunia Banyu Mili Humanitarian Village akan tampil beda dengan konsep "Padepokan Pembelajaran Kehidupan Berbasis Budaya".

Bukan sekedar tempat penampungan semata. Namun sebagai tempat enggemblengan mental spiritual anak anak yatim, piatu, dhuafa untuk mempersiapkan masa depannya.

Sebuah tempat yang  akan menjadi "Kawah Candradimuka"  bagi calon-calon kader dan calon pemimpin yang berasal dari anak anak yatim, piatu dan dhuafa.

Masjid, salah satu sarana pendidikan anak yatim,piatu, dhuafa Kampung Kemanusiaan Dunia Banyu Mili (Foto: Ist)


"Saya ingin membuktikan bahwa anak anak inklusi  bisa menjadi kader dan calon pemimpin masa depan. Mereka Akan kami didik agar memiliki sikap percaya diri, bertanggungjawab, jujur, toleran, berani dan peduli dengan sesama", ungkap peraih gelar Profesor Honoris Causa dibidang Kemanusiaan R.Budi Ariyanto Surantono.

"Selama ini anak anak inklusi dikenal sebagai kelompok rentan, mereka sering di bully,  dianggap remeh, diposisikan sebagai manusia kelas bawah dan bahkan dilecehkan harkat dan marfabatnya. 

Ini tidak boleh lagi terjadi. Kami akan berjuang agar anak anak inklusi  tumbuh dan berkembang, bisa menjadi anak berprestasi dalam hidupnya", tegas Ariyanto.

Melalui bendera Amal Usaha Kemanusiaan Banyu Mili Migunani, ia merintis Kampung Kemanusiaan Dunia ini dengan niat utama "Memuliakan Anak-Anak Yatim dengan cara  Memperkuat Harkat dan Martabatnya".



Banyu Mili Migunani adalah amal usaha milik Allah yang 100% Keuntungan Bersih usaha nya untuk kegiatan kemanusiaan, termasuk membiayai Kampung Kemanusiaan Dunia ini.

Menurutnya, anak anak asuh harus memiliki Ilmu yang memadai baik  ilmu agama maupun ilmu oengetahuan umum, ia juga harus memiliki adab pergaulan dimasyarakat dengan baik.

Ilmu beladiri akan menjadi pelajaran khusus agar anak anak asuh memiliki sikap mental dan fisik yang kuat sehingga tidak mudah direndahkan harkat dan martabatnya.

Kampung Kemanusiaan Dunia "Banyu Mili Humanitarian Village" Dipimpin Pejuang Kemanusiaan  Dr.(H.C.) R.Budi Ariyanto Surantono, S.Kom.,LL.M., Jurnalis dan Pejuang Kemanusiaan yang saat ini juga memimpin Ikatan Media Online (IMO) Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Walau tidak berasal dari keluarga kaya, jiwa kemanusiaannya sangat tinggi. Sejak tahun 2011  aktif membantu anak anak yatim, piatu, dhuafa dan anak anak penyandang disabilitas.

Pada tahun 2024 ia menerima pengakuan sebagai Bapak Anak Yatim & Penyandang Disabilitas Dunia oleh Universitas Kemanusiaan PDKS yang  dibawah UN.Volunteers Perserikatan Bangsa-Bangsa.


Calon Lokasi Utama Kampung Kemanusiaan Dunia di Planjan, Saptosari, Gunungkidul (Foto: Ist)


Melalui Kampung Kemanusiaan ini ia siap menerima, menampung dan mendidik anak anak yatim, piatu dan dhuafa dari seluruh Indonesia dan Dunia tanpa dipungut biaya.

Semua anak yang diasuh akan terus dibimbing  agar tidak putus sekolah dan bisa mencapai pendidikan tinggi kemudian bisa menorehkan prestasi dalam kehidupannya.

Kampung Kemanusiaan Dunia "Banyu Mili Humanitarian Village" adalah sekolah masa depan bagi Anak anak yatim, piatu dan dhuafa. Disini mereka Akan belajar Ilmu Agama, belajar Ilmu pengetahuan umum dan belajar Ilmu Kehidupan.

Pendidikan Karakter menjadi Pelajaran utama  agar anak asuh memiliki sikap dan sopan santun sesuai yang berlaku dimasyarakat. Bahasa Jawa dan Bahasa Inggris menjadi Bahasa sehari-hari di "padepokan". Anak anak asuh harus bisa menempatkan penggunaan Bahasa Jawa secara tepat kepada siapa mereka berbicara.

Sekretaris Presiden Kampung Kemanusiaan Dunia, Sri Wulandari (Foto: Ist)


Kepada Pewarta, Sekretaris Presiden Kampung Kemanusiaan Dunia Sri Wulandari menyatakan optimis  Kampung Kemanusiaan Dunia "Banyu Mili Humanitarian Village" effektif untuk mendidik dan membentuk sikap mental anak anak yatim, piatu, dhuafa. 

"Mereka harus menjadi anak anak yang percaya diri, kuat secara fisik dan mental serta memiliki jiwa nasionalisme tinggi. Karena mereka kami persiapan menjadi calon-calon pemimpin masa depan", ungkap Sri Wulandari.

Operasional Kampung Kemanusiaan Dunia ini akan hidup dari hasil usaha Perusahaan Kemanusiaan Banyu Mili Migunani, melalui usaha kasa, perdagangan maupun usaha usaha lain seperti peternakan, pertanian maupun usaha lain yang syah dan Halal.

Namun demikian Pengelola juga menerima donasi, santunan dan bantuan dari pihak lain yang ingin membantu iktiar mengasuh, mengelola dan membina anak anak yatim, piatu dan dhuafa ini (*)



Posting Komentar

0 Komentar