JAKARTA -- Dani Nugraha, hanya salah satu warga Bandung yang kini bisa bernafas lega karena sudah tak perlu memikirkan cara untuk membayar kontrakan. Sejak 2013 dia bersama istri menempati sebuah rumah di Kabupaten Bandung, setelah melakukan akad Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari Bank Tabungan Negara (BTN) pada 2012.
Pada 2011 hingga 2012, Dani masih menempati kontrakan sepetak bersama istri. Saban hari ia banting-tulang untuk membayar biaya bulanan kontrakan sebesar Rp 500 ribu.
Gaji sebagai karyawan swasta di salah satu perusahaan di Bandung, harus disisihkan untuk membayar sewa kontrakan per bulan. Besaran gajinya pun tidak seberapa, hanya setara dengan UMR Jawa Barat.
Sempat ada kekhawatiran memang, dengan gaji sebesar itu, ia akan sulit memiliki rumah. Dari situlah Dani mulai menyadari, bahwa dia terus membayar sesuatu yang tidak akan menjadi miliknya. Kontrakan yang terus dia bayarkan per bulan, di masa depan tetap milik orang lain.
Pun, gaji yang diterima per bulan, sekitar 30 persennya habis untuk membayar kontrakan sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Jika kondisi ini tak berubah, ia akan terus tinggal di sana, tanpa kejelasan masa depan.
Apalagi, saat masih tinggal di kontrakan, banyak tetangga Dani yang bernasib lebih kurang beruntung ketimbang dirinya. Sebab, ada sebagian tetangganya yang tinggal di kontrakan dengan kondisi anak sudah besar dan bahkan telah memiliki cucu.
"Dari situ mulai, masak mau begini-begini terus. Nyari-nyari informasi dari teman-teman, kerabat. Ada Perumnas di sini (Kabupaten Bandung), pengembangnya pakai BTN, DP-nya murah cicilannya murah, saya ajuin, dapat," tutur dia kepada Republika, pekan lalu.
Pada 2012, Dani melaksanakan akad KPR BTN untuk sebuah rumah di Blok D17, Bumi Parahyangan Kencana, Desa Bandasari, Cangkuang, Kabupaten Bandung. Uang mukanya saat itu sekitar Rp 10 juta, dengan cicilan sekitar Rp 700 ribu selama 15 tahun.
"Selama ini kan sudah berpuluh-puluh tahun di Indonesia, yang terkenal bank (dengan) KPR-nya ya BTN. Sampai-sampai di kita kan ada perumahan BTN. Brand image-nya di masyarakat mah BTN sebagai penyedia rumah," kata pria kelahiran Garut ini.
Menurut Dani, kehadiran BTN tentu membuat banyak orang bisa memiliki rumah dengan mudah demi masa depan keluarga yang lebih baik. Ya, seperti kata pepatah, rumahku adalah istanaku. Dan tinggal di rumah dengan nyaman, tentu impian semua orang, termasuk Dani. Sekarang, kebutuhan Dani terhadap rumah telah terpenuhi.
"Sekarang dengan kredit rumah BTN ini kan walaupun bayar Rp 700 ribuan, tapi kan manfaatnya jadi milik saya. Jadi ada masa depan buat saya dan keluarga. Jadi lebih jelas. Kalau dulu-dulu kan ngontrak bulanan Rp 500 ribu. Nggak bisa punya rumah buat masa depan nanti, namanya juga rumah orang," ujar dia.
Kini Dani beserta istri telah mempunyai dua anak. Anak pertama berusia 4 tahun, dan anak kedua baru saja lahir beberapa bulan lalu. Dalam perkiraannya, kredit rumah ini sudah bisa lunas saat anak pertamanya menginjak pendidikan Sekolah Menengah Pertama, atau saat awal mengenyam Sekolah Menengah Atas.
Terkadang Dani merasa sukar membayangkan sebab pada akhirnya ia bisa memperoleh jaminan kepemilikan rumah melalui kredit di BTN. Karena, bagi pasangan yang baru menikah seperti dia saat itu, tempat tinggal memang kerap menjadi persoalan. Sebagian pasangan memilih untuk menempati kontrakan lebih dulu sebelum akhirnya bisa menyicil kredit rumah yang disediakan BTN.
0 Komentar