Peneliti dari Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada mengumpulkan 141 sampel batuan metamorf dengan berat sekitar 200 kilogram dari benua Antartika. Dari 141 batuan tersebut, salah satunya berumur 3,8 miliar tahun.
Selain itu ada bebatuan yang berumur 500 juta tahun, yang usianya sama seperti ditemukan di Sumatera dan Papua.
“Sampel batuan metamorf tersebut akan dikirim ke Indonesia pada bulan Mei depan,” kata Dr Nugroho Imam Setiawan, dosen UGM kepada wartawan di Yogyakarta pada Rabu 29 Maret 2017.
Benua Antartika terletak di bagian paling selatan Bumi. Luasnya mencapai 13.880.000 kilometer persegi.
Antartika penting untuk diteliti karena selama 500 juta tahun tidak mengalami perubahan signifikan. Benua itu merupakan penyimpan 80 persen cadangan air di Bumi dalam bentuk es di daratan maupun di lautan.
Nugroho merupakan peneliti pertama UGM dan wakil ASEAN yang berkesempatan mengikuti penelitian masa depan planet bumi di Antartika yang diselenggarakan Japan Antartic Research Expedition (JARE).
Ekspedisi ini memakan waktu 4 bulan mulai 27 November 2016 hingga 22 Maret 2017. Ekspedisi JARE 58 ini diikuti 80 anggota dan 35 orang diantaranya merupakan peneliti.
Penelitian kali ini dibagi dalam 10 topik, antara lain meteorologi, atmosfer, biologi terestrial, oseanografi, geofisikia, geodesi, dan geologi.
“Saya masuk dalam tim geologi yang beranggotakan 8 orang. Sekitar 30 hari kami melakukan survei geologi di Antartika,” katanya.
Rombongan peneliti berada di stasiun penelitian Jepang Showa Station. Jepang memiliki tiga stasiun penelitian di lokasi yang berbeda.
Survei geologi pertama dilakukan di Prince Olav Coast meliputi daerah Akebone Rock pada 27 Desember 2016 hingga 3 Januari 2017 dan Akaui Point pada 4-7 Januari 2017. Serta di Tenmondai pada 8-11 Januari 2017.
"Derajat metamorfosisme meningkat dari timur ke barat pada fasie-amphibokite hingga granulite," kata dia.
Singkapan batuan metamorf yang signifikan yang dijumpai di Akebono Rock adalah garnet amphibolite, two pyroxene granulite dan variasi dari S-type granite.
Singkapan batuan metamorf yang dijumpai di Akarui Point adalah corundum bearing meta-piroxenite, saphirine-orthopyroxen gneiss dan garnet-sillimate-biotite gneiss.
Sedangkan singkapan metamorf yang ditemui di Tenmondai adalah garnet-sillimanite-biotite gneiss dan kyanite bearing garnet-biotite gneiss.
Nugroho menjelaskan setiap harinya tim geologi menjalankan rutinitas mengumpulkan sampel batuan metamorf di setiap lokasi penelitian.
“Kami berusaha menyingkap batuan metamorf, batuan tertua di bumi berusia 3,8 miliar tahun yang ada di Antartika,” ujarnya.
Sepanjang area survei Nugroho dan tim geologi lainnya mengoleksi 10 hingga 20 kilogram sampel batuan. Dari hasil survei di seluruh lokasi tersebut mereka berhasil mengumpulkan lebih dari 3 ton sampel batuan metamorf.
Batuan-batuan tersebut akan diteliti secara mendalam oleh Nugroho dan rekan-rekannya. Harapannya, dari penelitian nantinya dapat dipelajari sejarah pembentukan dan perkembangan bumi.
"Penelitian ini untuk memprediksi masa depan bumi," kata Rektor Universitas Gadjah Mada Dwikorita Karnawati.
Dwikorita menjelaskan Nugroho Imam Setiawan merupakan satu-satunya ilmuwan Indonesia yang ikut dalam riset tim Jepang tersebut.
0 Komentar