Jumlah remaja di Indonesia yang merokok terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Rasanya sangat mudah untuk menemukan anak berusia belasan tahun yang sudah merokok.
Masalahnya, merokok bukan hanya merusak kesehatan mereka saat ini dan masa mendatang. Tetapi merokok juga memuluskan jalan menggunakan narkoba.
Seperti halnya merokok, narkoba juga mengandung zat adiktif yang membuat seseorang jadi kecanduan. Nikotin dari tembakau memicu pelepasan dopamin yang membuat sesorang merasa bahagia. Ketika efek itu menurun, perokok dikhawatirkan akan berpindah ke narkoba yang juga bersifat adiksi.
Dalam penelitian yang pernah dilakukan pada pelajar SMA, sekitar 20 persen sudah mengalami adiksi nikotin. Bila sudah kecanduan, mereka akan lebih sulit untuk berhenti merokok atau menjadi perokok berat, dan dikhawatirkan menggunakan narkoba.
Riset Kesehatan Dasar menunjukkan, prevalensi anak usia 5-9 tahun yang mulai merokok naik dari 0,1 persen pada tahun 2007 menjadi 1,7 persen pada tahun 2010, dan 1,6 persen pada tahun 2013. Prevalensi remaja usia 10-14 tahun yang merokok juga naik dari 9,6 persen menjadi 17,5 persen, dan 18 persen pada periode yang sama.
Mereka yang sudah merokok sejak muda akan menjadi generasi yang sakit-sakitan di masa mendatang. Dan dalam jangka waktu panjang Indonesia tidak akan bisa menikmati bonus demografi.
0 Komentar