Kabupaten Grobogan, yang terletak di Jawa Tengah, memiliki sumber daya alam yang luar biasa dalam bentuk gas rawa, yang kini dapat dimanfaatkan untuk menggantikan LPG. Inovasi ini digagas oleh ahli geologi Handoko Teguh Wibowo, yang memimpin pemanfaatan gas rawa sebagai sumber energi alternatif untuk rumah tangga di Indonesia. Potensi gas rawa ini sangat luas, mulai dari Aceh hingga Papua, menjadikannya sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian energi, terutama di daerah pedesaan yang sering mengalami kelangkaan LPG.
Sejak 2017, warga di beberapa desa di Grobogan telah beralih dari gas LPG ke gas rawa yang diperoleh dari pengeboran sumur air. Hal ini memberikan solusi bagi masalah kelangkaan dan harga tinggi LPG, yang seringkali membuat warga harus mengantri atau membayar lebih. Dengan memanfaatkan gas rawa, mereka tidak perlu lagi membeli gas melon yang seringkali langka dan mahal.
Sumber gas rawa ini ditemukan saat warga menggali sumur air pada tahun 2007, dan ternyata yang keluar bukan hanya air, tetapi gas. Seiring berjalannya waktu, warga pun mulai menggunakan gas rawa tersebut untuk memasak, meskipun awalnya dengan peralatan yang sederhana. Meskipun sempat khawatir dengan efek sampingnya, mereka menemukan bahwa gas ini dapat digunakan dengan aman untuk keperluan memasak, asalkan dilakukan dengan perawatan yang tepat.
Ahli geologi Handoko Teguh Wibowo kemudian mengembangkan teknologi untuk memanfaatkan gas rawa dengan lebih efektif. Melalui sebuah metode pengeboran sumur gas rawa di desa Rajek, gas yang tercampur air tersebut dipisahkan dan disalurkan ke rumah-rumah warga sebagai bahan bakar untuk memasak. Infrastruktur untuk distribusi gas ini pun dibangun oleh pemerintah setempat, dengan modifikasi kompor agar sesuai dengan gas rawa yang memiliki karakteristik berbeda dari LPG.
Sejak 2017, 22 keluarga mulai menggunakan gas rawa, dan kini jumlahnya hampir dua kali lipat, mencapai 40 keluarga. Gas rawa ini lebih aman, lebih murah, dan lebih mudah didapat dibandingkan dengan LPG. Meskipun begitu, beberapa warga masih merasa takut untuk beralih karena kekhawatiran akan potensi bahaya, meskipun para ahli menegaskan bahwa kemungkinan ledakan sangat kecil. Sosialisasi dan edukasi mengenai keamanan penggunaan gas rawa terus dilakukan untuk mengurangi rasa takut dan meningkatkan pemahaman warga.
Selain itu, di beberapa daerah di Jawa Tengah, termasuk Grobogan, pemerintah telah melakukan studi untuk memperkirakan potensi gas rawa yang ada, dengan hasil estimasi sekitar 14,5 juta standar cubic feet di seluruh provinsi. Dengan potensi yang begitu besar, gas rawa diharapkan dapat menjadi sumber energi alternatif yang dapat menggantikan LPG dan mendukung program kemandirian energi nasional.
Namun, penggunaan gas rawa tidak bisa dilakukan secara individual oleh tiap rumah tangga, melainkan perlu ada sistem kolektif yang dikelola dengan profesional. Oleh karena itu, perlu ada pihak yang bertanggung jawab untuk pengelolaan dan pemeliharaan sistem ini agar tetap berjalan dengan lancar dan berkelanjutan.
Meskipun ada beberapa tantangan, seperti keinginan pemerintah untuk mengalihkan subsidi energi ke kompor induksi, gas rawa tetap dianggap sebagai solusi potensial untuk mengatasi masalah kelangkaan LPG, serta memberikan alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Warga di Desa Rajek berharap agar semakin banyak orang yang bisa merasakan manfaat dari gas rawa ini, dan mengurangi ketergantungan pada LPG yang semakin langka dan mahal.
0 Komentar