KUPAS.TV - Perubahan lahan dari kebun teh menjadi greenhouse stroberi di kawasan Pacet, Kabupaten Cianjur, memicu beragam keluhan dari warga setempat. Selain berdampak pada lingkungan, alih fungsi tersebut juga menimbulkan persoalan ketenagakerjaan di desa sekitar.
Awalnya, area tersebut merupakan perkebunan teh milik pemerintah yang dikelola PTPN. Namun kini, lahan seluas lebih dari 20 hektare itu telah beralih menjadi kebun stroberi dengan sistem greenhouse yang dikelola oleh PT Stroder Indo. Perusahaan tersebut memanfaatkan sebagian lahan dengan kontrak sewa.
Seiring perubahan tersebut, warga mengeluhkan beberapa dampak negatif. Salah satunya adalah berkurangnya daya serap air karena banyaknya lahan yang disemen dan ditutupi plastik greenhouse, sehingga menyebabkan peningkatan debit air di sungai sekitar dan mengakibatkan banjir di desa bawah.
"Saya konsen pada lingkungan. Kalau dulu kebun teh, air bisa meresap. Sekarang dengan banyak greenhouse, suhu jadi naik, kabut hilang, hujan berkurang, dan di bawah sering banjir," kata seorang pejabat yang turun langsung ke lokasi.
Dari sisi sosial, warga juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan pekerjaan di perusahaan tersebut. Mayoritas tenaga kerja berasal dari luar daerah, sedangkan warga Desa Ciputri, tempat lokasi kebun berada, mengaku kesulitan masuk.
"Kami sudah banyak melamar, tapi yang diterima justru banyak dari luar," kata salah satu warga setempat, disambut keluhan serupa dari ketua RT di kawasan tersebut.
Sementara itu, para pekerja yang sudah diterima mengaku menerima upah harian Rp83.000 tanpa fasilitas makan. Jumlah ini dinilai terlalu kecil, apalagi perusahaan berorientasi ekspor yang menikmati keuntungan dari kenaikan nilai tukar dolar. Sebagian pekerja juga masih berstatus harian lepas, bukan pekerja tetap.
Pihak perusahaan berdalih telah berupaya melakukan penyesuaian dengan membangun beberapa kolam resapan untuk mengelola debit air, serta mengklaim telah membayar BPJS bagi sebagian pekerja.
Namun pemerintah daerah menekankan bahwa alih fungsi lahan harus memperhitungkan aspek lingkungan dan kesejahteraan warga lokal. Rencana audit lingkungan dan sosial akan segera dilakukan untuk memastikan kegiatan usaha di kawasan tersebut tidak memperparah kerusakan lingkungan serta menimbulkan ketimpangan sosial.
"Kita akan evaluasi rekrutmen karyawan, upah, jaminan sosial, serta dampak lingkungan. Semua harus seimbang antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian alam," ujar pejabat tersebut.
Warga berharap ke depan rekrutmen pekerja lokal dipermudah, upah diperbaiki, dan dampak lingkungan bisa diminimalisir agar pertanian modern tetap sejalan dengan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan.
0 Komentar