Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat Bangsa Indonesia dimanjakan oleh alam, sehingga menjadi bangsa yang pemalas, konsumtif dan tidak produktif. Masyarakat harus berpikir kreatif agar lebih produktif.
"Kita dininabobokan oleh kondisi alam, kemudahan-kemudahan, sehingga jadi bangsa yang pemalas, konsumtif, bukan produktif. Harus berpikir kreatif karena lahan kita sangat terbatas," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat saat melepas kontingen Pekan Nasional (PENAS) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) ke XV ke Nangroe Aceh Darussalam di Balai Agung Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (3/5).
Djarot menginginkan agar pesan itu diingat betul oleh petani dan nelayan di DKI.
Menurut dia, kurangnya lahan di Jakarta tidak bisa dijadikan sebagai alasan petani bermalas-malasan. Justru keterbatasan lahan itu menjadi tantangan petani untuk lebih produktif.
Mantan Bupati Blitar itu mencontohkan, di Jakarta, petani kesulitan untuk menanam padi dan jagung. Kata Djarot, hal itu bisa disiasati dengan beralih agrobisnis yang sesuai dengan kondisi Jakarta.
Seperti, membudidayakan alpukat di Cipedak, Jakarta Selatan atau salak di Condet, Jakarta Timur.
"Alpukat Cipedak punya nilai jual yang sangat tinggi, mahal, dan menyehatkan karena mengandung kolesterol baik. Bisa dikembangkan dan bisa menambah income bagi warga bukan hanya Cipedak, tapi sekitarnya," kata Djarot.
Begitupun dengan Salak Condet, yang menurutnya sudah mulai sulit dicari di pasaran.
"Ke mana salak Condet sekarang. Hilang, habis. Padahal itu salak nomor satu. Kalau ini tidak dibudidayakan dengan baik, cucu kita hanya tahu ceritanya. Dulu ada salak condet," tambahnya.
Kepada nelayan, Djarot menyarankan agar membuat tambak ikan dan dibudidayakan di Kepulauan Seribu, sebab tambak di sekitaran laut Jakarta yang sudah tercemar logam berat.
"Tanam ikan di sana, kembangkan, sehingga aset yang luar biasa ini bisa kita manfaatkan. Kreativitas akan tumbuh saat kondisinya tertekan," kata Djarot.
0 Komentar