KUPAS.TV - Akhirnya, kuliah kemanusiaan kelas Internasional untuk kaum inklusi & dhuafa se dunia dimulai. Adalah PDKS ROS PBX Alexandrina Victoria II International Online University, sebuah lembaga kemanusiaan dibawah United Nations (UN) Volunteers yang memulai dan mempelopori program yang sangat luar biasa ini.
Menurut Rektor Universitas Kemanusiaan PDKS Prof.HC.Dr.HC.Rini Puji Astuti,SH,LL.M. program kuliah online ini dirintis untuk memberikan kesempatan kepada kaum dhuafa dan masyarakat inklusi diseluruh dunia yang membutuhkan pendidikan gratis.
"Pendidikan adalah hak Asasi Setiap Manusia, oleh karena itu kami bersama seluruh Relawan Kemanusiaan Dunia ingin memberikan kesempatan agar siapa saja bisa kuliah apapun kondisi ekonominya dan apapun situasi dan kondisi negaranya", ungkap Prof Rini.
Universitas Kemanusiaan PDKS ROS PBX Alexandrina Victoria II International Online University ini memang unik dan mungkin satu satunya di dunia.
Semua pengajar (dosen) nya relawan dari berbagai negara yang secara sukarela berbagai Ilmu dan mengajar di universitas unik ini.
Karena bersifat sukarela, maka jam mengajar sepenuhnya diserahkan kepada dosen dosen esuai dengan kelonggaran waktu masing-masing dosen.
Perbedaan zona waktu antar negara dan benua membuat kuliah kemanusiaan ini menjadi semakin unik, karena apabila dosen pengajar berasal dari benua Afrika dan hanya bisa mengajar di malam hari waktu setempat maka mahasiswa Indonesia "terpaksa" harus mengikuti kuliah tengah malam waktu Indonesia.
Walaupun unik dan tidak lazim, namun semua mahasiswa yang berasal dari berbagai negara tetap semangat mengikuti kuliah secara online dari negara masing-masing.
Universitas Kemanusiaan PDKS ROS PBX Alexandrina Victoria II International Online University didirikan Imperial Majesty Prof.Dr.HRH.Princess Dayu Dona Soekarno, Ph.D. yang sudah puluhan tahun sebagai aktivis kemanusiaan bersama UN.Volunteers.
Niatnya mendirikan dan merintis Universitas Kemanusiaan ini tak lepas dari niat kuatnya untuk memberikan kesempatan kepada semua orang agar bisa memperoleh pendidikan.
Membantu orang lain untuk bisa maju dan berkembang adalah salah satu Misi dan Visi Kemanusiaan yang selalu diperjuangkannya.
"Namanya juga Universitas Kemanusiaan, tentu semua serba anomali, darurat dan serba tidak ideal. Namun demikian kami Tetap berusaha agar menjadi perguruan tinggi yang sesuai dengan aturan dan ketentuan. Ada dosen, mahasiswa, perkuliahan, ujian dan Ijazah sebagaimana lazimnya perkuliahan normal. Hanya secara teknis pelaksanaan perkuliahan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masing masing dosen & mahasiswa serta situasi dan kondisi masing masing negara", jelas Prof Dayu Dona.
Mencermati sistem perkuliahan yang sudah berjalan, nampaknya Universitas Kemanusiaan ini benar benar mempertimbangkan nilai nilai kemanusiaan dengan tidak mau memberikan beban diluar kemampuan dosen dan mahasiswanya.
Misalnya dalam perkuliahan online yang hanya menggunakan sarana Whatsapp Grup Video (telekonference) dengan durasi tergantung sinyal dan kuota yang ada.
Untuk mengangisipasi kendala sinyal, koneksi dan keterbatasan kuota, masing masing dosen wajib memberikan resume materi kuliah yang dibagikan kepada mahasiswa serta memberikan kesempatan mahasiswa untuk konsultasi melalui email ataupun Whatsapp.
Kuliah Strata-I ditempuh dalam waktu 3 - 3.5 tahun dan setelah itu yang lulus akan mendapatkan Ijazah S-I kelas Internasional (S-I luar Indonesia) dan gelar S-I nya pun bukan gelar perguruan tinggi seperti lazimnya di Indonesia.
Karena statusnya adalah Universitas Luar Negeri sudah barang tentu Universitas ini tidak terdaftar pada Dirjen Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
"Kuliah kemanusiaan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan mahasiswa dari seluruh dunia, khususnya yang sedang mengalami permasalah ekonomi, sosial dan politik agar tetap mendapatkan hak nya memperoleh pendidikan.
Soal apakah nantinya Ijazah tersebut bisa untuk melamar kerja atau tidak itu tergantung kemampuan dan kredibilitas masing masing orang
"Bisa bekerja atau tidak bukan tergantung pada ijazah. Belum tentu yang punya Ijazah perguruan tinggi darin Indonesia dijamin bisa mendapatkan pekerjaan. Memiliki Ijazah dari Lembaga luar negeripun juga bisa bekerja asal yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk itu", pungkas Pejuang Kemanusiaan Dunia Prof Dona Dayu meyakinkan (*)
0 Komentar