Keseleo Lidah Soal Gelar Raja, Penerjemah di Kritik Presiden


Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Ketua Majelis Syuro (Parlemen) Arab Saudi di Istana Negara pada 16 Februari lalu menjadi pengalaman berharga bagi M. Sahrul Murajjab. Meski mahir berbahasa Arab dan pernah lama tinggal di sejumlah negara berbahasa Arab, toh dia bisa berbuat alpa. 

Sahrul mengaku sempat beberapa kali keseleo lidah. "Waktu itu saya menyebut gelar kehormatan Raja Saudi yang seharusnya adalah "Khadimul Haramain" (Pelayan Dua Kota Suci), dengan "Shahibul Haramain" (Pemilik dua kota suci)," ungkap alumnus Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur itu saat berbincang dengan detikcom, Senin (6/3/2017) malam. 

Sarjana bidang Studi Keislaman dan Bahasa Arab dari Tripoli, Libya itu menjelaskan, semula gelar raja-raja di tanah Arab adalah Shohibul Jalalah (pemilik keagungan). Tapi Raja Fahd bin Abdul Aziz yang menjadi raja Arab Saudi dari 1982 hingga 2005 mengganti gelar Jalalatul Malik atau Shohibul Jalalah dengan gelar Khadimul Haramain. 

"Kalau Raja Yordania dan Maroko setahu saya masih menggunakan gelar Shohibul Jalalah," ujar Sahrul.

Terkait salah terjemahan tadi, Sahrul mengaku cukup fatal. Ia baru menyadarinya setelah ada seseorang yang mengingatkan usai pertemuan. "Mas..tadi harusnya khadimul haramain bukan shahibul haramain." 

"Pasti ada pelajaran dan hikmah untuk saya renungkan. Sekiranya ada complain atau risiko-risiko lainnya pun tentu saya siap bertanggung jawab," ujar Sahrul. Nyatanya, selain teguran tersebut, tak ada sanksi lain yang dialamatkan kepada lelaki kelahiran Batang, 23 Juni 1979 itu.

Buktinya suami dari Santy Martalia Musa itu tetap dipercaya untuk mendampingi pertemuan empat mata antara Presiden Jokowi dan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud di Bogor, 1 Maret lalu. 

Posting Komentar

0 Komentar