ACARA ADAT NYEKER, SIRAMAN, TANTINGAN, MIDODARENI & TUGURAN
KUPAS.TOP, Yogyakarta - Pada hari Senin, 25 Jumadilakir Jimawal 1957 bertepatan dengan 8 Januari 2024 digelar acara Sengkeran dimana Calon Mempelai Wanita beserta kedua orang tuanya hadir masuk ke dalam lingkungan Pura Pakualaman. Upacara sengkeran ini dilaksanakan di Kagungan Dalem Bangsal Kepatihan Kadipaten Pakualaman yang mana akan menjadi kamar Calon Mempelai Wanita menuju upacara Dhaup.
NyÄ›ngkÄ›r berarti ‘pingit’ berlaku bagi calon pengantin perempuan sebelum dilaksanakan upacara dhaup. Pada acara nyÄ›ngkÄ›r ini diharapkan calon pengantin perempuan semakin dapat menata hati agar mantap dalam menyongsong prosesi pernikahan.
Pada hari Selasa, 26 Jumadilakir Jimawal 1957 bertepatan dengan 9 Januari 2024 rangkaian Dhaup Ageng memasuki Upacara Siraman. Upacara siraman ini diawali dari siraman Calon Mempelai Wanita di Pasiraman (Kamar Mandi) Gandhok Wetan Kagungan Dalem Kepatihan Kadipaten Pakualaman dan dilanjutkan siraman bagi Calon mempelai Pria di Pasiraman (Kamar Mandi) Kagungan Dalem Gedhong Parangkarsa.
Upacara siraman dilakukan sebagai bentuk pembersihan diri secara lahiriah dan batiniah bagi calon pengantin laki-laki.
Diawali dengan doa dari suranggama yaitu Mas Wedana
Pujolaksito, dilanjutkan siraman oleh:
- G.K.B.R.A.A. Paku Alam,
- G.K.R. Hemas,
- Eyang Hj. Harnadi,
- G.K.R. Alit,
- G.K.R. Wandansari,
- G.B.R.Ay Roosati,
- Ibu Siti Faridah Pratikno,
- Ibu Bintang Puspayoga (?),
- Ibu Kartika Basuki (?),
- Ibu Atiek Siswanto (?),
- Ibu Dyah Suminar (?).
KD Bangsal Kěpatihan (Calon Pengantin Putri)
Midodareni berasal dari kata widadari ‘bidadari’. Dilaksanakan pada malam hari sebelum upacara ijab dan panggih. Pada acara ini, calon pengantin perempuan di dalam kamar dikunjungi oleh keluarga dan kerabat dekat dengan tujuan mempererat persaudaraan. Sembari menunggu saat “bidadari turun”, para tamu
yang berada di dalam kamar calon pengantin membicarakan hal hal positif sebagai bekal berumah tangga. Dengan pikir positif dan optimis menjadikan hati dan wajah calon pengantin perempuan semakin cantik dan bercahaya. Hal ini menunjukkan bahwa“bidadari telah turun” menyatu dengan calon pengantin perempuan.Busana yang dikenakan oleh calon pengantin perempuan adalah batik Indra Widagda TrajutrÄ›sna yang memuat harapan akan anugerah cinta dan kebahagiaan dari Yang Maha Pengasih dan kelak diharapkan pasangan pengantin mampu menyayangi sesama dengan tulus.
Setelah usai siraman Calon Mempelai Pria dan Wanita dikenakan kain batik bermotif Indra Widagda Jatmika yang merupakan varian motif Indra Widagda dengan paduan motif tradisional ‘nitik’. Adapun kain motif Indra Widagda Jatmika mengandung harapan akan hadirnya ketenangan dan keharmonisan di hati kedua calon pengantin.
Tantingan berasal dari kata tanting ‘ditanya kemantapan hatinya’.
Tantingan untuk calon pengantin laki-laki maupun calon pengantin putri dilaksanakan pada jam yang sama, di tempat yangb erbeda. Tujuan tantingan adalah untuk mengkonfirmasi kemantapan hati calon mempelai untuk hidup bersama dalamb ahtera rumah tangga. Tantingan dilakukan oleh K.G.P.A.A. PakuAlam X kepada calon pengantin laki-laki dan dr. Tri Prabowo,M.Kes., Sp.PD., FINASIM kepada calon pengantin perempuan.
Kain batik yang dikenakan calon pengantin adalah motif Indra Widagda Sidikara yang mengandung makna permohonan restu dan berkah agar kehidupan sosial di masyarakat yang akan dijalani selalu dalam ridho Tuhan. Pada kesempatan ini, orang tua membekali calon pengantin dengan nasihat-nasihat.
Tratag KD Kěpěl (Calon Pengantin Laki-Laki)
Tuguran ‘berjaga semalaman’ dilakukan oleh kerabat dan teman teman dekat dalam rangka menemani calon pengantin laki-laki melepas masa lajangnya yang tinggal semalam.
Busana yang dikenakan oleh calon pengantin laki-laki adalah batik Indra Widagda Trajutrěsna yang memuat harapan akan anugerah cinta dan kebahagiaan dari Yang Maha Pengasih dan kelak diharapkan pasangan pengantin mampu menyayangi sesama dengan tulus.
[Bersambung]
0 Komentar