Uji Laboratorium Masih Dilakukan Pada Pencemaran Kali Bekasi

Kali Bekasi masih kerap tercemar oleh limbah pabrik. Sekertaris Komisi 2 DPRD Kota Bekasi, Muhammad Kurniawan pun menyayangkan lambatnya uji laboratorium terhadap 18 perusahaan yang disinyalir mencemari Kali Bekasi.
Tercemarnya Kali Bekasi membuat Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi melakukan uji sampel terhadap 18 perusahaan terkait limbah yang dikeluarkannya. Uji sampel tersebut bertujuan untuk melihat apakah limbah air yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut mengandung limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Uji laboratorium tersebut dilakukan pada 3 Januari lalu. Haji uji laboratorium biasanya memakan waktu selama dua pekan. Namun hingga saat ini, hasil uji laboratorium tidak kunjung diumumkan hasilnya.
Ketika dihubungi Jumat (18/3)  Muhammad Kurniawan mengatakan kendala yang dialami adalah kurangnya fasilitas laboratorium yang dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup. Hal ini membuat Dinas Lingkungan Hidup harus meminta bantuan pihak ketiga akibat komponen yang belum lengkap.
Kurniawan mengatakan bahwa pekan depan, Komisi 2 DPRD Kota Bekasi akan bertemu dan melakukan diskusi dengan Dinas Lingkungan Hidup. “Kita akan berkoordinasi dan bersama-sama mencari solusi terbaik terkait permasalahan ini,” ujar Kurniawan.
Konsekuensi yang akan diterima oleh 18 perusahaan ini apabila terbukti mengeluarkan limbah dengan bahan berbahaya dan beracun pun masih belum dipastikan. Namun ia akan mendorong prosedur pembuangan limbah yang lebih aman supaya tidak mencemari sungai di Bekasi.
Kurniawan pun berharap, pertemuan Komisi 2 DPRD Kota Bekasi dengan Dinas Lingkungan Hidup pekan depan akan mempercepat penyelesaian hasil uji laboratorium terhadap 18 perusahaan ini. Namun ia tidak dapat memastikan tanggal berapa diskusi dan koordinasi tersebut akan dilaksanakan. “Jadwalnya masih diatur oleh sekertariat. Pasti akan kami kabarkan bila sudah ada jadwal tepatnya,” ujarnya.
Kurniawan pun menyayangkan kurangnya kelengkapan yang dimiliki pemerintah daerah untuk melakukan uji laboratorium ini. “Sayang sekali ya, sekelas Kota Bekasi seharusnya memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Ini //kan penting sekali, untuk kepentingan orang banyak,” ujar dia. 
Kurniawan mengatakan DPRD akan mendalami laporan dari masyarakat dan juga seluruh jajaran stakeholder. DPRD pun siap membantu apabila Dinas Lingkungan Hidup membutuhkan sarana laboratorium yang lengkap guna menunjang keefektifan kinerja pemerintah daerah.
Akibat limbah pabrik ini, Kali Bekasi dipenuhi busa sejak Kamis (16/3) sore hingga Sabtu (18/3) pagi. Salah satu titik dimana terdapat tumpukan busa yang menutupi permukaan air adalah Curug Parigi.
Busa yang menggumpal ini disinyalir warga akibat limbah pabrik yang berasal dari Bogor. Aliran sungai Cileungsi itu pun tertutup permukaannya oleh busa. 
Menurut Janih (34), pedagang makanan dan minuman di sekitar Curug Parigi, busa sudah memenuhi curug tersebut sejak Kamis hingga Sabtu pagi. "Air permukaannya tertutup busa, seperti busa sabun," ujar Janih, Sabtu (18/3).
Ia mengatakan anak-anak suka berenang di Curug Parigi. Namun hal itu akan membahayakan bila permukaan tertutup oleh busa. Sabtu siang busa sudah tidak menutupi Curug Parigi. Menurut Janih hal ini karena Bekasi diguyur hujan sejak Jumat malam hingga Sabtu pagi. 
Kepala Tarang Karuna di sekitar Curug Parigi, Maljais (44), pun menyatakan hal serupa. Menurutnya limbah pabrik yang mengalir di Sungai Cileungsi ditambah arusnya yang deras membuat busa semakin banyak dan menumpuk di Curug Parigi. “Yang bikin kotor kan limbah pabrik. Terus arusnya deras, makin keaduk, jadi berbusa,” ujarnya.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Jumhana Luthfi, Pemerintah Kota Bekasi sedang melakukan penelitian dan uji laboratorium.  Jumhana megatakan, pencemaran yang ada di Kali Bekasi datang dari hulu Sungai Cileungsi di mana terdapat banyak pabrik. Dinas Lingkungan Hidup  Kota Bekasi sudah melaporkan hal ini ke Polres Bekasi dan Kementerian Lingkungan Hidup. 
Dia mengatakan Pemerintah Kota Bekasi tidak dapat melakukan penegakkan ke wilayah hukum Bogor. Namun hal ini sudah dikoordinasikan.
Sedangkan Apiah (54), seorang pedagang tahu bulat di kawasan Curug Parigi pun berharap pemerintah segera menemukan solusi terkait pencemaran Kali Bekasi. "Kan Curug Parigi ini memang aliran pembuangan limbah pabrik. Setahu saya sudah sering dilakukan uji laboratorium tapi sampai saat ini belum ada solusinya,” ujar Apiah.

Posting Komentar

0 Komentar